Osteoartritis

Osteoartritis ( oa) atau disebut juga penyakit sendi degeneratif adalah suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi ) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologis, dan radiologis. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak meradang pada fase awal dan tidak ada komponen sistemik (Parjoto, 2000).

Insiden OA lutut bertambah secara bermakna dengan pertambahan umur, jarang pada anak-anak dan usia muda. Data di Poliklinik Reumatologi RSUP Dr Kariadi pada tahun 1991-1993 tercatat dari keseluruhan penyakit rematik 63% adalah OA dan sebagian diantaranya adalah OA lutut. (Parjoto, 2000).

Pasien dengan OA lutut dapat menimbulkan atau sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas fungsional dasar seperti, bangkit dari duduk, jongkok, berlutut, jalan, naik turun tangga, bersujud dan aktivitas fungsional lain yang membebani lutut (Parjoto, 2000).

Tujuan dari penatalaksanaan Fisioterapi adalah untuk memperlambat progresifitas dan mempertahankan fungsi sendi tersebut. Dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahankan mobilisasi (Carter, 1995). Nyeri pada OA bisa disebabkan oleh peningkatan tekanan interoseus, inflamasi pada sinovium, penebalan kapsul sendi, bursitis, tendonitis, psikogenik dan etiologi lain.

Modalitas yang biasa digunakan oleh tenaga ahli fisioterapi ini adalah micro wave diathermy (MWD) dan terapi latihan. MWD dapat mengurangi nyeri yang terjadi akibat penyakit sendi degeneratif pada sendi synovial. (Michlovitz, 1990). Kedua modalitas ini biasanya sudah ada rumah sakit yang mempunyai sub layanan rehabilitasi medik.

Selain dengan menggunakan kedua modalitas tersebut, hal yang paling penting bagi penderita tersebut adalah latihan penguatan otot tungkai atas depan dengan intensitas yang telah ditentukan oleh fisioterapis yang disesuaikan dengan tes yang dilakukakannya. Selain itu masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh penderita tersebut dalam hal mengurangi nyeri dan meningkatkan aktifitas fungsionalnya yang terganggu.

Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Ateroma pada arteri koronaria akan menyebabkan stenosis, yang dapat mengganggu aliran koroner dan menyebabkan iskemia miokard. Penelitian menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih menyebabkan iskemia miokard, yang oleh penderita dinyatakan sebagai nyeri yang khas disebut angina pektoris.

Nyeri angina yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar ke arah lengan kiri dan leher kiri hingga ke rahang dan telinga kiri. Secara klinis, iskemik miokard dapat manifes dalam bentuk :

1. Asimtomatik
2. Angina pektoris, yang dapat berbentuk: a) Angina stabil; b) Angina tak stabil; c) Angina varian (Prinzmetal); d) Iskemia Miokard Tenang.
3. Gagal jantung, yang bisa gagal jantung sistolik maupun diastolik, terutama timbul pada pendertita yang telah mengalami infark miokard.
4. Aritmia, yang dapat berbentuk bermacam-macam termasuk kematian mendadak.
5. Infark miokard akut.

Carpal Tunnel Syndrom

Carpal Tunnel Syndrom adalah entrapment neuropaty yang paling sering terjadi. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan nervus medianus pada saat melalui terowangan carpal di pergelangan tangan tepatnya di bawah flexor retinakulam (Rambe, 2004). Sindroma ini juga bisa diakibatkan karena penekanan arteri dan vena sehingga suplai darah ke nerves medianus berkurang. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparestesis median tenar neuritis atau partial thenar atropy, Istilah Carpal Tunnel Syndrom diperkenalkan oleh Moersch pada tehun 1983 (Rambe, 2004).

Etiologi
Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon flexor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nerves medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrom.

Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko carpal tunnel syndrom (Maxey, 1990).

Pada keadaan lain lain nerves medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel itu. Secara sekunder, carpal tunnel sindrom dapat timbul pada penderita dengan osteoartitis, diabetes mellitus, miksedema, akromegali, atau wanita hamil (Sidharta,1984) . Etiologi lain pada kasus carpal tunnel sindrom antara lain: (1) Herediter (nuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy), (2) Trauma (dislokasi, fraktur colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan, trauma langsung pada pergelangan tangan, pekerjaan dengan gerakan mengetuk atau flexi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang, (3) Infeksi (tenosinovitis, tuberculosis), (4) Metabolik (amiloidesis, gout), (5) Endokrin (terapi estrogen dan androgen, diabetes mellitus, kahamilan). (6) Neoplasma (Kista ganglion, lipoma, infiltrsi metastase, mieloma) (7) Penyakit kolagen vaskuler ( artitis rematoid, polimialgia reumatika), (8) Degenerasi (osteoartitis), (9) Tumor (Harahap, 2003).

Patologi
Carpal tunnel syndrom dapat dikategorikan menjadi dua yaitu akut dan kronis. Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrom. Sebagian berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadonya carpal tunnel syndrom (Maxey, 1990). Tapi pada umumnya Carpal tunnel syndrome ini terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan flexor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat.

Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoxia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan tejadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi dari nervus medianus terganggu (Rambe, 2004).

Tanda dan gejala
a) Gangguan sensorik
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gejala awal biasanya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainya adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya (Coannaly, 1981) Rasa nyeri umunya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tanganya atau dengan meletakan tanganya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tanganya. Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004).
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita menggunakan tanganya. Hiperetesia dapat dijumpai pada daerah yang implus sensoriknya diinervasi oleh nevus medianus.(Coannaly, 1981).
b) Gangguan motoris
Pada tahap lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya saat atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada penderita CTS ini pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.(Maxey,1990).

Bayi Sungsang bisa berjalan lancar

Menurut

dr. Nugroho Kampon o SpOG (K) yang praktek di Brawijaya Women & Children Hospital, bayi memiliki kecenderungan 5-7% berada dalam posisi bokong di bawah atau biasa kita kenal dengan istilah sungsang.

Penyebabnya :

1. Letak plasenta
Letak plasenta yang menutupi rongga panggul menghalangi kepala bayi masuk ke arah sana.
2. Terlilit tali pusat
Tubuh bayi yan g terlilit tali pusat menyulitkannya berputar sehingga posisi kepala tetap di bawah
3. Jumlah air ketuban
Air ketuban yan g terlalu banyak membuat bayi labil dalam perut, sedangkan air ketuban yang terlalu sedikit juga menyulitkan bayi untuk berputar
4. Panggul Bunda terlalu sempit
saat kepala bayi hendak masuk ia terhalang rongga panggul yang terlalu sempit sehingga saat ia bergerak lagi posisi bisa berputar dan menyebabkan bokong berada di bawah

Berbahayakah ?

“Tidak berbahaya, asalkan tata laksananya harus benar.” jelas dr. Nugroho. Maksudnya saat proses persalinan normal pada bayi sungsang tim medis harus menguasai teknis khusus. Misalnya saat bokong sudah keluar dokter harus menggunakan tangannya untuk membantu mengeluarkan bagian perut, bahu, dan kepalanya.

Meski begitu, untuk Bunda yang mengandung anak pertama dan posisinya sungsang saat kehamilan memasuki 38-40 Minggu dr. Nugroho tidak menyarankan Bunda melakukan persalinan normal, karena kecenderungan cedera pada bayi lebih besar.
Tapi bila Bunda pernah melakukan persalinan normal yang artinya panggul cukup besar, melahirkan normal untuk bayi sungsang mungkin saja dilakukan, dengan syarat berat bayi tid ak lebih dari 3500 gram.

Pertanyaannya sekarang bagaimana untuk mengembalikan bayi ke posisi normal?
“menunggi ng saja sesering mungkin!” sarannya. Karena dengan menungging bokong bayi dalam rongga panggul akan keluar dan kepala akan masuk ke rongga panggul.

Bahan Makanan Pereda Keluhan Saat Hamil

Saat sedang mengandung, seorang wanita kerap mengeluh karena mengalami beberapa gangguan kesehatan, seperti misalnya rasa mual yang sering muncul di pagi hari, diare, atau bahkan kesulitan buang air besar. Seringkali selera makan turut serta menyurut seiring dengan munculnya keluhan-keluhan tersebut.

Ada pula ibu hamil yang merasa kehilangan selera makannya, padahal…asupan nutrisi selama hamil sangat menentukan kesehatan ibu dan janin, lho. Oleh karena itu, berikut ini kami coba berikan beberapa contoh keluhan yang sering dirasakan oleh wanita hamil beserta resep praktis untuk mengatasinya: – Munculnya rasa mual pada pagi hari Cobalah untuk makan biskuit (crackers), sereal, atau pretzel sebelum tidur. Usahakan untuk mengurangi porsi makanan, tetapi menambah frekuensi makannya. Hindari makanan berlemak, termasuk gorengan. – Kesulitan buang air besar Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran. Ditambah lagi, usahakan untuk selalu mengikuti anjuran minum air sebanyak 6 hingga 8 gelas per hari. – Diare Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung pektin dan gum, kedua jenis serat ini dipercaya mampu menyerap kelebihan air. Contoh makanan yang mengandung kedua serat tersebut, antara lain: saus apel, pisang, nasi putih, oatmeal, roti gandum, dan selai kacang. – Jantung berdebar Makanlah dalam porsi kecil dengan frekuensi yang lebih sering. Usahakan untuk minum susu sebelum makan dan batasi asupan makanan serta minuman yang mengandung kafein. Jangan menuruti selera makan yang menurun, apalagi sampai tidak makan. Hal tersebut bisa menghambat pertumbuhan janin di dalam rahim. Bukankah semua Bunda pasti menginginkan buah hatinya tumbuh dan berkembang sehat…?

Hiperpigmentasi Pada Ibu Hamil

Ketika Bunda hamil ada beberapa perubahan yang signifikan terjadi, baik secara fisik mau pun emosional. Secara fisik salah satunya yaitu kulit Bunda yang berubah kecoklatan di beberapa bagian, yang paling sering muncul di daerah payudara. Apakah Bunda t mengalami hal ini juga? Jangan kuatir, Bun, dr. FX. Bhimantoro SpOG dari Rumah Sakit Pondok Indah memberikan keterangan seputar masalah ini.

Menurut dokter yang akrab disapa dokter Bhima ini perubahan warna (Hiperpigmentasi) yang terjadi dikarenakan meningkatnya kadar hormon MSH (Melanocyte Stimulating Hormon). MSH ini mengakibatkan penumpukan pigmen melanin yang berlebihan sehingga tidak heran menimbulkan warna lain pada kulit. Umumnya memang muncul pada bagian payudara, aerola namun perubahan ini juga muncul pada area tubuh lainnya. “seperti pada lipatan kulit, ketiak, daerah genital dan juga anal.” jelasnya.

Perubahan warna ini sebenarnya adalah sesuatu hal yang wajar terjadi, hanya saja dampaknya bisa membuat Bunda merasa tidak percaya diri, karena efek ini mempengaruhi penampilan. Bahkan bisa dengan timbul apa yang disebut Melasma/chloasma yaitu istilah dari mask of pregnancy di mana bagian yang menghitam sampai meliputi bawah pada kedua mata dan hidung sehingga menyerupai topeng. Tentu saja hal ini sangat mengganggu ibu hamil sebagai perempuan yang selalu ingin tampil cantik. Tak perlu kuatir, Bun, warna kecoklatan akan hilang dengan sendirinya 3-6 bulan pasca kelahiran. Atau sekarang-sekarang ini bisa juga dilakukan penyinaran laser untuk mengangkat pigmen yang berlebihan itu, “Tapi tentu saja harus dilakukan setelah bayi lahir

Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim atau kanker servik merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita setelah kanker payudara, kanker kolo rek-tal, kanker ovarium dan kanker badan rahim sendiri. Di Indonesia ranking insiden kanker servik pada tahun 1998 sebanyak 3.686 kasus atau sekitar 17,85 % dari semua kasus kejadian kanker pada wanita.

Kebanyakan kasus kanker servik ditemukan pada stadium lanjut, di mana pada stadium ini pengobatn hanya bersifat meringankan gejala. Padahal bila ditemukan pada stadium dini, kanker servik yang menakutkan itu bisa disembuhkan.

Untuk mendeteksi kanker servik pada stadium dini, mungkin anda berfikir pasti harganya mahal atau merepotkan. Ternyata tidak…! Yang selama ini anda kenal mungkin cara termudah dan agak murah mendeteksinya yaitu dengan pap’s smear. Pemeriksaan pap’s smear dilakukan dilaboratorium, dengan harga yang agak mahal. Padahal ada cara yang lebih murah dan lebih mudah untuk medeteksi kanker servik ini, yaitu dengan metode IVA test.

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) test adalah cara sederhana namun efektip mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Dikatakan sederhana karena alat, bahan dan tempat pemeriksaan cenderung lebih sederhana dari pada harus ke laboratorium.

IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam acetat 3-5 % pada permukaan mulut rahim. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan, berbeda dengan pap’s smear yang harus memerlukan waktu untuk mendapatkan hasilnya.

Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis.

Pada hasil pemeriksaan apabila terdapat tanda adanya gejala kanker, maka pemeriksaan sebaiknya dilanjutkan dengan pap’s smear di laboratorium atau Gynescopy oleh dokter ahli kandungan.

Setiap wanita yang sudah/pernah menikah, apalagi yang beresiko tinggi terkena kanker servik, seperti perokok, menikah muda, sering berganti pasangan, memiliki banyak anak dan mengidap penyakit infeksi menular seksual sebaiknya melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Agar kejadian angka kematian karena kanker yang tidak terdeteksi dapat dihindarkan.

 
powered by Blogger | For Blogservices